Rahim Pengganti

Bab 10 "Pernikahan"



Bab 10 "Pernikahan"

0Gaun putih dengan hiasan yang begitu cantik membuat Carissa hari ini tampil dengan begitu anggun. Semua orang pastinya akan menatap Caca dengan penuh kekaguman.     

"Cantik banget mbak," ujar Siska. Sejak tadi, wanita itu sudah berada di sana. Menunggu calon kakak iparnya selesai dirias, bukan hanya Siska yang menunggu hari hari ini. Namun, Mama Ratih ibunya Bian juga menunggu hal itu, bahkan wanita paruh baya itu selalu bermimpi jika Bian bisa segera memiliki anak.     

Hal itulah yang dinantikan oleh setiap keluarga, penerus untuk generasi selanjutnya.     

"Kamu bisa aja Siska. Aku jadi malu," ucapnya. Pipi Caca sudah memerah, dirinya bahkan sudah tidak sanggup menatap pantulan dirinya sendiri.     

"Beneran loh mbak. Mbak itu cantik banget, ini pasti Mas Bian gak bisa berkutik lagi. Sih nenek lampir bahkan kalah dengan kecantikan mbak," ucapnya.     

Caca hanya menggelengkan kepalanya, dirinya baru mengetahui jika Ibu dan adiknya Bian sama sama tidak ada yang menyukai Della. Carissa tidak tahu kenapa hal itu bisa terjadi, apa lagi dengan pernikahan Della dan Bian yang sudah sangat lama mustahil jika hal itu terjadi.     

***     

Perasaan Carissa saat ini benar benar di buat deg degan, bagaimana tidak ini merupakan pernikahan pertama baginya. Wanita itu sudah gelisah, takut sesuatu hal terjadi pada acara ini.     

"Gue kok gini amat sih. Astaga Ca, loe kok lebai banget. Santai Ca, santai ingat alasan loe kenapa bisa melangkah sejauh ini. Ingat Ca ingat," ucapnya dalam hati.     

Mau bagaimana lagi, Carissa harus segera membantu panti asuhan tersebut. Dirinya tidak mungkin, melupakan di mana tempat dia di rawat ketika kecil. Carissa buka tipe orang yang seperti itu, dia rela melepaskan kebahagian untuk dirinya sendiri demi kebahagian orang lain.     

Ceklek     

Pintu kamar itu terbuka dengan lebar, jantung Carissa berdetak dengan hebat ketika melihat siapa yang ada di depan sana. Seorang pria dengan stelan jas berwarna putih, terlihat sangat tampan dan gagah. Rasanya Carissa ingin pingsan, karena tidak sanggup melihat pahatan ciptaan Tuhan yang begitu indah.     

Pria itu berjalan. Melangkahkan kakinya mendekati tempat duduk Carissa. Jantungnya sudah tidak karuan, rasanya saat ini Carissa tidak bisa bernapas dengan benar.     

"Ayo kita ke luar. Semua orang sudah menunggu," ucapnya. Carissa hanya mengangguk kan kepalanya, lalu menyambut tangan pria tersebut. Pria yang sudah sah menjadi suami, Fabian pria beristri yang dirinya nikahi.     

Carissa sudah sah menjadi seorang istri kedua bagi Bian. "Tuhan hamba takut," gumam Carissa. Keduanya berjalan dengan langkah sangat pelan, di sana Siska dan Mama Ratih sudah tersenyum lebar menyambut dirinya.     

Acara pernikahan ini hanya sederhana, tidak ada banyak tamu yang datang. Hanya beberapa orang saja, bahkan Della istri sah istri pertama dari Bian pun tidak datang. Wanita itu sedang bersenang senang di luar kota, sebelum hari ini dirinya sudah meminta banyak uang kepada suaminya untuk bisa berlibur.     

Carissa dan Bian duduk di tempatnya, keduanya sibuk dengan urusan dokumen dokumen pernikahan, tangan Carissa bergetar sangat hebat. Ada rasa cemas dan takut di dalam dirinya.     

"Baiklah acara selesai," ucap MC yang sengaja di sewa Mama Ratih.     

Siska dan beberapa orang lainnya sudah heboh mengatur foto kepada Carissa. Tampilan Carissa hari ini membuat semua orang menatap dirinya dengan penuh kekaguman. Tidak ada pasang mata yang tidak melihat ke arah Carissa, semuanya menatap bahkan tidak berkedip lagi.     

***     

Halaman rumah ini sangat luar hingga bisa menampung begitu banyak orang. Menurut Siska yang diundang hanya beberapa orang saja namun, melihat ornag orang yang semakin bertambah ketika acara syukuran membuat Caca yakin tidak banyaknya menurut mereka berbeda dengan menurutnya.     

"Mau dansa?" ajak Bian. Carissa terdiam sejenak, wanita itu tidak tahu harus bersikap seperti apa. Yang ada di dalam benaknya saat ini, hanya panti asuhan bisa baik-baik saja.     

Tanpa banyak kata, Bian segera menarik tangan Carissa. Lantunan lagu beautiful in white menghiasi ruangan.     

Not sure if you know this     

But when we first met     

I got so nervous I couldn't speak     

In that very moment     

I found the one and     

My life had found its missing piece     

So as long as I live I love you     

Will have and hold you     

You look so beautiful in white     

And from now 'til my very last breath     

This day I'll cherish     

You look so beautiful in white     

Tonight     

What we have is timeless     

My love is endless     

And with this ring I     

Say to the world     

You're my every reason     

You're all that I believe in     

With all my heart I mean every word     

So as long as I live I love you     

Will haven and hold you     

You look so beautiful in white     

And from now 'til my very last breath     

This day I'll cherish     

You look so beautiful in white     

Tonight     

What we have is timeless     

My love is endless     

And with this ring I     

Say to the world     

You're my every reason     

You're all that I believe in     

With all my heart I mean every word     

So as long as I live I love you     

Will haven and hold you     

You look so beautiful in white     

And from now 'til my very last breath     

This day I'll cherish     

You look so beautiful in white     

Tonight     

"Kamu terlihat tegang kenapa?" tanya Bian.     

"Tidak," jawabnya cepat. Bian tertawa melihat ekspresi wajah Caca yang menurutnya begitu luar biasa lucu. Melihat Bian yang tertawa seperti itu, membuat Carissa kesal. Wanita itu mencoba untuk melepaskan dirinya dari pelukan Bian. Namun, gagal Bian semakin erat memeluk Carissa.     

"Mau kemana, tetap seperti ini. Kamu tidak lihat Mama, sedang menatap kita dengan senyuman yang mengembang," ucap Bian sembari mengarahkan tatapan matanya. Carissa pun, mengikuti arah mata Bian, dan benar saja apa yang ada di depan sana. Ibu mertuanya menatap ke arah mereka berdua, terlihat jelas raut wajah bahagia.     

Helaan napas berat terdengar jelas, Carissa pasrah. Wanita itu mencoba berusaha terlihat biasa biasa saja, walaupun jantungnya sudah akan lepas. Apalagi dengan posisi keduanya yang begitu dekat, semakin membuat Carissa kaku. Bukan hanya Carissa, Bian pun sama. Entah apa yang ada di dalam benak Bian, aroma parfum yang digunakan oleh Carissa membuat dirinya tidak bisa jauh dari istri keduanya itu.     

***     

Semua acara sudah selesai, Carissa dan Bian sudah masuk ke dalam kamar. Jantung Carissa kembali berdetak sangat hebat, apalagi ketika melihat Bian baru saja keluar dari dalam kamar mandi.     

Keduanya saling menatap satu dengan lainnya, saat ini pikiran Bian sudah tidak stabil. Bayangan tubuh Carissa membuat pria itu kehilangan konsentrasinya.     

"Mau kemana kamu?" tanya Bian. Ketika melihat Carissa datang mendekat ke arahnya. "Ak-aku, mau ke toilet Mas," jawabnya. Bian mengangukkan kepalanya, setelah Carissa masuk ke dalam kamar mandi. Bian menarik napasnya, menghirup oksigen yang ada secara banyak. Seolah oksigan di dalam ruangan itu akan habis.     

##     

Hallo, aku kembali. Maaf sudah sangat lama meninggalkan kalian. In Syah Allah aku akan kembali update. Terima kasih buat yang sudah selalu menunggu. Love you guys.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.